Jumat, 05 Agustus 2011

ASKEP Ulkus Diabetikum


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ulkus diabetikum, sesuai dengan namanya, adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan mengalami ulkus pada kakinya.
Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, tetapi terutama adalah neuropati.

B.     Tujuan
a.      Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan seminar dan pembahasan mahasiswa diharapkan mengerti tentang asuhan keperawatan dengan ulkus Deabetikum

b.      Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan seminar dan pembahasan mahasiswa diharapkan mengetahui :
a.       Pengertian Ulkus DM
b.      Anatomi fisiologi
c.       Etiologi Ulkus DM
d.      Patofisiologi Ulkus DM
e.       Manifestasi Klinis Ulkus DM
f.       Pemeriksaan Penunjang Ulkus DM
g.      Penatalaksanaan Ulkus DM
h.      Komplikasi
i.        Asuhan Keperawatan Ulkus DM


















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian
Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja, 1999).
Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus (Soeatmaji, 1999).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

B.       Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu:
Derajat 0              : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I               : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II             : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III                        : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV            : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V             : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
a.       Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
·         Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
·         Pada perabaan terasa dingin.
·         Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
·         Didapatkan ulkus sampai gangren.
b.      Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.


C.      Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12 – 15 cm dan tranversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang lambung, kelenjar inilah yang mengekresikan insulin melalui pulau langerhans yang berada dalam kelenjar pankreas. Didalam kelenjar pankreas terdapat sel beta yang menghasilkan insulin, didalam penkreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain itu pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini menghasilkan glukagon yang berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan meransang perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan meningkatkan ambilan glukosa selular. Dan berfungsi memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa serta lemak. Asupan glukosa yang terdapat dalam darah dihasilkan dari pemecahan karbohidrat dalam berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia yang komplek, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh dan dipecahkan menjadi monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui duodenum dan jejunum proksimal.
(Evelyn C. Pearce, 2002)

D.      Etiologi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, yaitu :
a.         Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa. Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
b.         Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
c.         Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati).
(Roger Watson, 2002)

E.       Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. ( Askandar, 2001 )
F.       Manifestasi Klinis
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
a.    Pain (nyeri).
b.    Paleness (kepucatan).
c.    Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d.   Pulselessness (denyut nadi hilang).
e.    Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine, yaitu 4 :
a.    Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas( kesemutan )
b.    Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c.    Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d.   Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
(Smeltzer C Suzanne, 2001)

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2.      Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
3.      Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
(zaidah 2005)


H.      Penatalaksanaan
1.    Medis
penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a.    Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1.    Pemicu sekresi insulin.
2.    Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3.    Penghambat glukoneogenesis.
4.    Penghambat glukosidase alfa.
b.    Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1.    Penurunan berat badan yang cepat.
2.    Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3.    Ketoasidosis diabetik.
4.    Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c.    Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
2.     Keperawatanan
a.    Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai
b.    Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan anti hopertensi
c.    Bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan antibiotik spektrum luas, meskipun untuk menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.
d.   Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi.
e.    Terapi oksigen bertekanan tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga digunakan untuk mengobati gangren kulit yang luas. Penderita ditempatkan dalam ruangan yang mengandung oksigen bertekanan tinggi, yang akan membantu membunuh klostridia.
f.     Bersihkan luka di kulit dengan seksama.
g.    Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri, keluarnya cairan, pembengkakan).
(Soegondo, 2006)

I.         Komplikasi
·      Osteomyelitis (infeksi pada tulang)
·      Sepsis
·      Kematian
(Soegondo, 2006)

J.        Phatway
 

















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
1.    Anamnese
Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2.    Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat Kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
b.    Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
d.   Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.


4.    Pemeriksaan fisik
a.       Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b.      Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c.       Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d.      Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e.       Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f.       Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g.      Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h.      Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i.        Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.


B.       Diagnosa
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntah
3.      Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pngobatan yang tidak adekuat
4.      Gangguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
6.      Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
7.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
8.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan
9.      Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya

C.      Intervensi
Dx.1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
a.       Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
b.      Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis.
c.       Kulit sekitar luka teraba hangat.
d.      Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
e.       Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1.      Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2.      Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3.      Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

Dx.2 Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :   
a.         Berat badan dan tinggi badan ideal.
b.        Pasien mematuhi dietnya.
c.         Kadar gula darah dalam batas normal.
d.        Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.      Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.      Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

4.       Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

Dx.3 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pngobatan yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
a.         Tanda-tanda infeksi tidak ada.
b.        Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
c.         Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1.        Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2.        Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3.        Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4.        Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.



5.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman.

Dx.4 Gangguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
a.         Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
b.        Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.
c.         Elspresi wajah klien rileks.
d.        Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.      Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.      Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.      Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangsang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5.      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.      Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien
Dx.5 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
a.         Berkurangnya oedema sekitar luka.
b.        Pus dan jaringan berkurang
c.         Adanya jaringan granulasi.
d.        Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1.      Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3.      Ajarkan klien atau keluarga tentang perawatan luka yang baik dan benar
Rasional : mengajarkan klien tentang perawatan luka dengan baik dan benar diharapkan klien dapat merawat lukanya dengan mandiri jika berada dirumah
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.

Dx.6 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
a.    Pergerakan pasien bertambah luas
b.   Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
c.    Rasa nyeri berkurang.
d.   Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.      Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2.      Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3.      Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

Dx.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien dapat mencapai pola tidur yang optimal.
Kriteria Hasil :
a.       Pasien dapat istirahat dengan nyaman
b.      Rasa nyeri berkurang.
Rencana tindakan :
1.      Kaji dan identifikasi tingkat pola tidur pasien
Rasional : Untuk mengetahui berapa jam pasien beristirahat.
2.      Beri penjelasan tentang pentingnya beristirahat.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya beristirahat yang cukup untuk mempercepat kesembuhan.
3.      Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk kenyamanan beristirahat.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4.      Beri rasa aman dan nyaman bagi pasien
Rasional : Agar mengoptimalkan istirahat pasien.

Dx.8 Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
a.       Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
b.      Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1.      Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2.      Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3.      Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4.      Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6.      Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.



Dx.9 Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
a.       Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
b.      Emosi stabil, pasien tenang
c.       Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1.      Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.      Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.      Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.      Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.      Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara   bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC
Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia
http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/ulkus-diabetikum/