Jumat, 17 Juni 2011

ASKEP Pertusis


I.       LANDASAN TEORI
A.    PENGERTIAN
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992)
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan. (Mansjoer, 2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
Pertusis adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernapasan dalam bernada tinggi atau melengking.

B.     ETIOLOGI
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut :
Ø  Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Ø  Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun cirri-ciri organisme ini antara lain :
1.            Berbentuk batang (coccobacilus)
2.            Tidak dapat bergerak
3.            Bersifat gram negative.
4.            Tidak berspora, mempunyai kapsul
5.            Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6.            Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7.            Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin
8.            Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a.             Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b.            Endotoksin (lipopolisakarida)

C.     PATOFISIOLOGI
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen, toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan:
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.






ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS

I.       PENGKAJIAN
A.    Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas / istirahat
DS : Gangguan istirahat tidur, malaise.
DO : Lesu, pucat, lingkar mata kehitam-hitaman.
b.      Sirkulasi
DS : -
DO : Tekanan darah normal / sedikit menurun, takikardi, peningkatan suhu.
c.       Eliminasi
DS : BAB dan BAK normal
DO : BB menurun, turgor kulit kurang, membrane mukosa kering.
d.      Makanan dan cairan
DS : Sakit kepala, pusing.
DO : Gelisah
e.       Nyeri / kenyamanan
DS : Batuk pada malam hari dan memberat pada siang hari.
DO : Mata tampak menonjol, wajah memerah / sianosis, lidah terjulur dan pelebaran vena leher saat serangan batuk.
f.       Pernafasan
DS : Batuk Pilek
DO            :
Ø  Bunyi nyaring (whoop) saat inspirasi.
Ø  Penumpukan lender pada trachea dan nasopharing
Ø  Penggunaan otot aksesorus pernafasan.
Ø  Sputum atau lender kental.
Tahap Tumbuh Kembang
Berdasarkan perkembangan menurut DDST (Denver Developmental Screening Test)

B.     Pemeriksaan penunjang :
a.             Pembiakan lendir hidung dan mulut.
b.            Pembiakan apus tenggorokan.
c.             Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-50.000 sel / m³darah.
d.            Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
e.             Tes ELISA (Enzyme – Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret Ig A.
f.             Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus, atelaktasis atau emphysema

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus
2.      Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3.      Gangguan pola tidur b/d aktivitas batuk
4.      Resiko kekurangan nutrisi. Factor resiko adanya mual dan muntah

III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus
Tujuan : status ventilasi saluran pernafasan baik, dengan cara mampu membersihkan secret yang menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas.
Kriteria hasil :
1.      Rata-rata pernafasan normal
2.      Sputum keluar dari jalan nafas
3.      Pernafasan menjadi mudah
4.      Bunyi nafas normal
5.      Sesak nafas tidak terjadi lagi
a.       Kaji frekuensi/ kedalamn pernafasan dan gerakan dada .
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak simetriks sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan/ cairan paru
b.      Auskultasi area paru,catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas atventisius misalnya krekes,mengi.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsulodasi. Krekes,ronki,dan mengi terdengar pada inspirasi dan/ ekspirasi pada respon terhadap pengumoulan cairan, secret .d. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena f. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan sekresi secret dijalan napas dan menurunkan resiko keparahan

2.      Pola napas tidak efektif b/d dispnea
Tujuan : menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
Criteria hasil:
1.      Frekuensi pernapasan normal
2.      Bunyi paru jelas/bersih
3.      Kedalaman paru dalam rentang normal
4.      Bunyi napas normal
5.      Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
a.       kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran masal.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada awal /hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernafasan biasanya bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/ nyeri dada pleuritik.
b.      Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural.
Rasional : bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan,bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelaktasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan pernafasanf. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan.
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

3.      Gangguan pola tidur b/d aktivasi batuk
Tujuan : pasien dapat tidur dan istirahat sesuai kebutuhannya
Criteria hasil :
1.      Jam tidur setiap harinya tetap
2.      Pola tidur normal
3.      Kualitas tidur baik
4.      tanda-tanda vital normal
5.      kebiasaan tidur siang teratur
a.       kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan sesudah tidur
Rasional : untuk mengetahui kebiasaan tidur klien serta gangguan yang dirasakan dan membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya
b.      diskusikan kemungkinan penyebab gangguan tidur
Rasional : mengetahui penyebab gangguan tidur sehingga mempermudah intervensi selanjutnya
c.       Beri posisi yang nyaman
Rasional : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidure.Anjurkan keluarga klien untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman sehingga menstimulasi klien untuk tidur.

4.      Resiko kekurangan nutrisi. Factor resiko adnya mual dan muntah
Tujuan : resiko kekurangan nutrisi tidak terjadi
Criteria hasil :
1.      Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2.      Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
a.       Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah,misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat ,nyeri.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b.      Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.berikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah,setelah tindakan aerosol dan drainase postural,dan sebelum makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual muntah
c.       Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan toksin bakteri pada saluran GI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar